Asal muasal kata 'Jongos' , 'Degan', 'Sepur', 'Setrap'

by - January 19, 2014

Indonesia pernah dijajah oleh Belanda selama 350 tahun. Banyak orang-orang Belanda yang menetap dan tinggal di Indonesia, bahkan memiliki keturunan dengan orang-orang pribumi. Kebiasaan seperti pola hidup dan peraturan sudah pasti hal yang lumrah jika tercampur baur. Tak lepas untuk masalah bahasa. Banyak bahasa Indonesia sekarang yang merupakan kata serapan dari bahasa Belanda. Misalnya seperti kata boei  yang dalam lidah orang Indonesia menjadi bui (penjara).

Jadi, beberapa waktu lalu saya sempat mengunjungi Dinas Pariwisata Kota Surabaya yang berada di Jalan Adityawarman. Tujuan saya kesana adalah untuk mendapatkan informasi sehubungan dengan tugas akhir saya di kampus. Di sana, saya bertemu dengan Ibu Dhian. Posisi beliau di dinas pariwisata adalah di bidang obyek dan promosi wisata. Saya diceritakan banyak sekali tentang wisata yang ada di Surabaya, dan bahkan saya banyak yang tidak tahu kalau Surabaya memiliki tempat wisata yang sangat banyak (merasa gagal jadi orang Surabaya. hiks ). Di sela-sela ceritanya tentang wisata Surabaya, Ibu Dhian juga menyelipkan sedikit sejarah yang ada di Surabaya. Yah karena kota Surabaya memang kota Pahlawan dan memiliki banyak ikon-ikon bersejarah. Hihiii. Nah, dari ngobrol-ngobrol itulah saya jadi tahu asal muasal kata 'Jongos', 'Degan', 'Sepur', dan 'Setrap'.


Jongos

Jongos. Siapa yang nggak kenal sama kata ini. Menurut KBBI, jongos adalah : pembantu rumah tangga (laki-laki); pelayan; bujang. Kata 'jongos' juga sering digunakan sebagai bahan olokan dan memang bermakna jelek di masyarakat. Tapi tahukah kalian bahwa kata jongos tersebut sebenarnya berasal dari bahasa Belanda? Ya, kata jongos berasal dari bahasa Belanda dan memiliki makna yang baik dalam bahasa Belanda. Lho kok? Jadi, di jaman dulu saat Belanda masih menjajah Indonesia, orang-orang Belanda suka mengadakan pesta. Nah di pesta pasti butuh yang namanya pelayan kan? Pelayan-pelayan di pesta orang-orang Belanda biasanya diambil dari pemuda-pemuda pribumi. Dan bagaimana orang-orang Belanda memanggil pelayan-pelayan tersebut? Dengan sebutan  'Jongens'! 
Jongens dalam bahasa Belanda berarti pemuda. Artinya pun nggak ada sangkut pautnya dengan pembantu dan sejenisnya. Kok bisa jadi 'jongos'? Dan artinya juga jelek banget? Yah namanya juga lidah-lidah Indonesia lah ya :p Apalagi pemuda yang dipanggil Jongens itu lagi jadi pelayannya orang-orang Belanda. Jadi deh tuh 'jongos' yang berarti pembantu. 

Degan

Kata selanjutnya adalah Degan. Menurut KBBI degan adalah : buah kelapa muda. Orang Jawa biasa menyebutnya degan. Lho buah kelapa muda kok bisa jadi degan? Pertama kali saya denger ceritanya juga kaget dan geli. Hahahaa. Jadi menurut cerita yang saya dapat, dulu orang-orang kalau mau memetik buah kelapa muda menggunakan senapan karena bentuk pohon kelapa yang sangat tinggi dan susah dipanjat. Nah, ceritanya nih, orang Belanda biasanya kalo mau metik buah kelapa muda selalu bilang "the gun, the gun" sambil nunjuk-nunjuk ke buah kelapa yang ada di pohon. Padahal maksudnya adalah minta tolong ambilin senjata buat nembak buah itu. Yah karena nggak ngeh dan nggak ngerti artinya, jadi deh tuh buah kelapa muda disebut degan :D

Sepur

Kata ketiga, 'Sepur'. Dalam bahasa Indonesia, sepur artinya kereta api. Sangat berbeda artinya dengan bahasa awalnya walaupun masih berkaitan. Dalam bahasa Belanda, sepur adalah spoor yang berarti jalur. Jadi yang dimaksud spoor disini adalah jalur kereta api alias rel nya. Bukan kereta apinya. Yah lagi lagi karena nggak tahu artinya, spoor jadi berarti kereta api. Hahaha


Strap

Terakhir, adalah Strap !. Semua anak SD atau yang pernah SD pasti familiar dengan kata satu ini. Ya, kata ini adalah kata mujarab yang keluar dari guru saat kita lalai di sekolah. Dikit-dikit di setrap, dikit-dikit di setrap. Mana lama dan cuma pake satu kaki :| sedih banget. Setrap dalam konteks ini adalah berdiri di kelas dengan tenggang waktu yang dikehendaki oleh guru sebagai hukuman karena murid tersebut lalai. Lumayan bikin jera kok setrap itu. Hehe.. Asal kata setrap sendiri berasal dari bahasa Belanda, straf yang berarti hukuman ! Got it guys ? Lidah orang Indonesia yaaa :] Hihiii

Bagaimana? Sekarang sudah tahu kan asal mula kata-kata jongos, degan, sepur dan setrap? Pada nggak nyangka kan kalau kata-kata tersebut adalah kata serapan dari bahasa Belanda? 
Feel free to share your opinion in comment box guys :)

You May Also Like

16 komentar

  1. Bahasanya renyah sekali. Keren!

    ReplyDelete
  2. Asik memang baca narasinya,nggak capek.. Keren :)

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. Masyarakat di Yogyakarta pasti tidak asing dengan jembatan/kretek KEWEK. Nah, kata kewek berasal dari bahasa Belanda "Kerk Weg" yg maksudnya jalan gereja. Memang di situ ada gereja katolik, yang dikenal dengan nama Gereja Kotabaru. Sedabg kewek sendiri dalam bahasa Jawa artinya genit,

    ReplyDelete
    Replies
    1. hai, maaf saya baru baca komennya. udah lama sekali saya ga nge-blog. wah, terima kasih infonya :)

      Delete
  5. adalagi, penyebutan jembatan di daerah saya dengan kata "brug" yang dimana itu bahasa belanda juga yang artinya Jembatan. "brug serayu", "brug rawakembang"

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah di daerah mana itu kalau boleh tahu?

      Delete
  6. Kalo parkirin mobil pasti bilang hob hob...nah ternyata hob jg berasal dr bhs belanda yg artinya berhenti

    ReplyDelete
    Replies
    1. oh ya? wah saya baru tahu juga nih.
      terima kasih sudah mampir dan membaca :)

      Delete
  7. Wah saya baru baca ini, ternyata ada nama saya disitu hehehe! Thumbs up!
    Salam...
    Ibu Dhian

    ReplyDelete
    Replies
    1. halo Ibu Dhian. Sudah lama sekali tulisan ini saya post bu. begitu pulang dari Dinas Pariwisata, saya langsung punya ide untuk menuliskannya di blog. ternyata banyak yang baca dan banyak juga yang belum tahu. terima kasih wawasannya Ibu :)

      Delete
  8. Sebenernya masih banyak lagi bahasa sehari hari yang kita gunakan merupakan saduran dari bahasa belanda, sehingga kadang kita anggap dari bahasa jawa pada umumnya.sangat bangus artikelnya. Mungkin lain kali bisa di tambah lagi.

    ReplyDelete