Teruntuk MMB 2011
Saya tak
menyangka hari ini datang juga. Hari dimana saya akan berpisah dengan
teman-teman saya, MMB 2011. Ya, saya pernah membayangkan untuk segera keluar
dari kampus ini, lulus, wisuda, dan bisa membahagiakan kedua orang tua saya.
Tetapi ada satu hal yang saya lupakan saat saya menginginkan itu semua, yaitu
berpisah dengan teman-teman saya.
Bukan karena
sengaja, kita dipertemukan
Anggap saja
kita individu berbeda tanpa kedekatan istimewa
Yang dipaksa
berlabel sebelas
Aku. Kamu.
Dua ribu sebelas.
Tiga tahun
saya bersama kalian. Saya tak pernah menyangka bahwa saya dan kalian akan
menjadi sebuah keluarga. Saya dan kalian berbeda pada awalnya, banyak
perbedaan yang harus dipaksa untuk melebur menjadi satu, menciptakan kenyamanan
yang mungkin pada awalnya tidak pernah ada di benak masing-masing.
Tiga tahun
terasa seperti selamanya. Ya, saya tidak pernah membayangkan bagaimana rasanya
jika hari-hari saya berikutnya, tidak akan menjumpai kalian. Hanya akan ada
saya sendiri dan otak saya yang akan memutar ulang semua memori.
Keluarga
Satu kata
yang selalu kita resapi dalam-dalam, meski nyatanya gen kita signifikan
Kita memang
jauh berbeda, tapi bukan berarti itu keterbatasan
Mudah saja
menguadratkan suka menjadi tak hingga
Atau menekan
duka menjadi alpha
Masih
ingatkah kalian saat saya dan kalian harus terbebani dengan bermacam-macam luka
dan tanggung jawab. Di sanalah titik kesetiaan dan kekeluargaan diuji.
Seberapa pantaskah saya dan kalian berdiri bersama-sama hingga hari ini untuk
saling berpelukan dan mengenang semuanya.
Masih
ingatkah kalian saat saya dan kalian, bersorak sorai dan menangis terharu atas
apa yang telah kita inginkan terwujud begitu saja dan mendapat banyak sekali
pujian?
Masih
ingatkah kalian, saat saya dan kalian harus menahan luka dan sakit atas apa
yang telah kita perbuat sendiri?
Mari bicara
tentang impian
Yang samar
samar tergores bersama ideologi tentang kebebasan
Khayalan
gila tentang menggenggam dunia
Atau
melesat, mengganjil karena ingin
Mari
dengarkan cerita saya,
Dulu, saat
saya dengan sangat berat hati meyakinkan diri bahwa kalian telah menggores luka
di hati, dan mengaku sulit memaafkan, saya menyesal. Saya telah lupa bahwa
sakit yang saya alami dulu tidak pernah sesakit hari ini. Tidak pernah terasa
sesak dada ini seperti hari ini, hari dimana saya dipaksa untuk berpisah dengan
kalian. Mengucapkan selamat tinggal yang saya tahu tidak akan mampu saya
ucapkan.
Tiga tahun
terasa seperti selamanya.
Tiga tahun
berharga dalam hidup saya. Tiga tahun kalian isi dengan kehidupan. Ya hidup
yang berisi cerita, tawa, luka, marah, bahagia, kecewa, sakit hati dan cinta.
Belum pernah saya memiliki hidup yang seperti itu bersama teman kecuali
dengan kalian. Kalian memberi saya kehidupan yang sebenarnya, yang bukan hanya
sekedar kata-kata manis tetapi palsu. Kalian menunjukkan kehidupan yang nyata
dan benar adanya, berkali-kali kalian ciptakan marah dan kecewa dalam benak
saya, tapi berkali-kali juga saya mengucap syukur karena memiliki kalian dan
hidup bersama kalian.
Karena hanya
dengan memandang kalian
Perjuangan
adalah titik termanis yang akan terasa
Berdetik
detik yang memburai kenangan
Nantinya
akan jadi cerita membanggakan
Dimana tawa
atau air mata tak akan ada yang sia-sia
Kini kita
sedang berdiri dalam batas usai tak usai
Menangisi tiap
jengkal kenangan yang terlanjur terpatri
Tiba saat kita
harus mulai menangguhkan diri
Menamatkan mimpi
mimpi yang dulu pernah kita bagi
Terima kasih dua
ribu sebelas
Untuk semua cerita,
cinta, dan warna
Tangis haru ini
nantinya akan jadi kebersamaan paling candu
Kini waktu memaksa
semua menjadi sebentuk kenangan
Suatu hari kita
akan tersenyum mengingat kebersamaan ini
Di waktu yang tak
sama, dibelahan bumi lainnya
Pada akhirnya, saya tak pernah menyesal pernah menghabiskan waktu saya bersama kalian. Tidak akan pernah sia-sia jika itu bersama kalian. Seperti pada hari ini, saat saya menuliskan ini, saya mengatakan bahwa saya bangga pernah menjadi bagian dari kalian.
Hari ini, saya harus berpisah dengan kalian MMB 2011. Terimakasih atas kenangan yang telah kalian ciptakan. Terimakasih atas semua rangkaian semangat dan harapan yang kalian berikan. Biarkan saya untuk selalu merindukan kalian. Biarkan saya memeluk kalian kembali dengan doa dan harapan.
Catatan:
Puisinya bukan
saya yang bikin, tapi teman-teman kebanggan saya.
6 komentar
Sebagai penulis kata kata alay itu aku tersipu karena dibanggakan :')
ReplyDeletehahahaha. endel looh.
Deleteitu kamu sendirian yang bikin? ntar tak editnya kalo emang kamu sendirian ucik :D
Endak, terima kasih kebawah itu ambil punya mbakcik yang lama, soalnya kata Noven punyaku endingnya alay :p
Deleteoalaah. hahahah :v
Deleteyasudah pake temen temen aja kalo begitu :D
se penasaran aku sama endingmu ._.
buantere wek, aku ae wingi nulis tapi rung tak rampungne :D
ReplyDeleteiki mikire ket mabengi mari FP mas :p iki ae ngenteni fotone pisan. kan nulise ambe emosi mas :') hihi
Delete