Seminar 'Pemuda Kreatif Indonesia Berkarya' (Pandji Pragiwaksono)

by - June 08, 2014

Kemarin, 7 Juni 2014 saya mengikuti sebuah seminar yang diselenggarakan oleh kampus saya Politeknik Elektronika Negeri Surabaya. Seminar ini bertemakan 'Pemuda Kreatif Indonesia Berkarya'. Pembicara yang disuguhkan dalam seminar ini menarik banyak sekali peminat. Bagaimana tidak, Pandji Pragiwaksono dan budayawan, Cak Priyo Aljabar yang akan mengisi seminar kali ini. Sebenarnya, Walikota Surabaya juga turut menjadi pembicara, tetapi karena terdapat urusan lain yang lebih penting, beliau tidak dapat menjadi pembicara di seminar tersebut.

Yang ingin saya ceritakan disini adalah isi dari seminar tersebut. Seminar ini mengambil masalah pemuda yang ada di Indonesia. Bagaimana seharusnya menjadi pemuda yang dapat melakukan sesuatu, paling tidak bermanfaat bagi masyarakat di sekelilingnya. Melirik fenomena yang terjadi di kalangan pemuda yang tidak jauh dari berbagai masalah seputar kenakalan remaja seperti tawuran, konsumsi obat-obatan terlarang dan bahkan dari hal sepele pun seperti mencontek dalam ulangan.

Pembicara pertama dibawakan oleh Pandji Pragiwaksono. 
"Tidakkah menyenangkan bekerja dengan sesuatu yang Anda sukai?", begitu kata Pandji. 
Yang ia maksud disini adalah menemukan passion kita, dan jika kita memang bagus, kita akan naik dan sukses dengan sendirinya. Banyak sekali orang yang sudah menemukan passionnya tetapi tidak dapat hidup dari situ. Kenapa? Karena orang tersebut takut gagal dan malu. Padahal seharusnya, keinginan kita untuk menggapai mimpi itu lebih besar daripada ketakutan kita akan kegagalan. Pandji mengatakan, bahwa gagal adalah hal yang sangat biasa. Memang malu, tapi 'hey you're still alive !'. Cara untuk mengatasi rasa takut gagal itu sendiri adalah dengan menghadapi kegagalan tersebut berulang kali. Karene level kegagalan akan selalu bertingkat sesuai dengan pencapaian yang akan kita dapatkan nantinya. 

Masih berputar pada passion dan mimpi, terdapat permasalahan yang dihadapi oleh pemuda. Mereka terhalang oleh ego orang tua masing-masing yang menginginkan anak-anaknya berada di jalur yang menurut para orang tua adalah jalur terbaik bagi anak-anaknya, sedangkan anak tersebut tidak menyukai jalur itu. Pandji memberi saran dengan menggunakan teori milik Yoris Sebastian, yaitu 70:20:10. 70 lakukan apa yang harus dilakukan, 20 lakukan passionmu dan kembangkan, 10 lakukan hal-hal lain yang belum pernah kita coba. Jika kita bagus di passion kita, maka 20 itu akan berkembang dan bisa jadi menjadi 100 :) . 

Pembahasan selanjutnya adalah mengenai  'Sekolah? Penting Nggak Penting'. Menurut Pandji, masih ada yang salah dengan pendidikan di Indonesia, dan saya setuju dengan itu. Mengapa? Berdasarkan pengalaman dari Pandji dan mungkin juga terjadi pada orang lainnya, sekolah tidak pernah mengapresiasi prestasi atau kemampuan diluar apa yang diajarkan di sekolah.Saya setuju dengan itu. Sekolah cenderung hanya melihat hasil, daripada melihat prosesnya. Terbukti dengan adanya UNAS yang selalu dijadikan standar kelulusan untuk sekolah yang ditempuh dalam waktu 3 tahun. Dan karena kita selalu takut gagal, maka dari sistem seperti itulah dapat melahirkan kecurangan-kecurangan demi meraih kelulusan dengan cara apapun. 

Di luar negeri, terdapat cara berpikir yang disebut 'divergent thinking'. Cara berpikir tersebut adalah bagaimana mencari sebanyak-banyaknya jawaban dari sebuah permasalahan yang ada. Dan cara berpikir tersebut tidak terdapat di Indonesia. Ambil contoh pertanyaan 'Pensil digunakan untuk apa?'. Jawaban yang muncul dari hasil pendidikan Indonesia adalah 'menulis dan menggambar', tetapi tidak bagi yang menggunakan 'divergent thinking'. Akan terdapat banyak sekali jawaban dari hasil cara berpikir 'divergent tersebut. Semisal untuk mengetuk meja, menjadi pembatas buku, untuk melempar teman :P dan lain lain. Dari cara berpikir divergent. thinking akan dihasilkan pemikiran yang kreatif dan out of the box

Ada cerita yang disampaikan oleh Pandji mengenai orang Indonesia yang kurang kreatif dan sangat konsumtif. Begini ceritanya :
"Ada seseorang yang memiliki kebun pisang. Suatu saat ia ingin sekali memakan pisang goreng. Lalu bagaimana cara orang tersebut agar mendapatkan pisang goreng?. Ia menjual pisang-pisangnya tersebut, dan hasil dari penjualan pisang-pisang tersbut, ia gunakan untuk membeli pisang goreng"
Bagaimana? :D Cara berpikir orang Indonesia bisa dianalogikan dengan cara berpikir si pemilik kebun pisang. Padahal bisa jadi orang yang menjual pisang goreng tersebut membeli pisang dari orang yang membeli pisang dari si pemilik kebun.

Tapi jangan serta merta menganggap sekolah tidak penting. Tidak ada yang tidak bermanfaat di dunia ini kok. Sekolah memiliki manfaatnya sendiri. Apa itu? Yaitu mendidik dan membuat sesorang menjadi dewasa. Menurut Pandji, sesorang yang dewasa adalah orang yang mau melakukan hal yang tidak disukainya, tetapi dia harus melakukannya. Dan sekolah mengajarkan itu kepada kita. Selain itu, sekolah juga mengajarkan kita bagaimana hidup displin, karena disiplin itu sangat penting :)

Nah begitulah isi seminar yang saya dapatkan dengan Pandji sebagai pembicaranya. Untuk pembicara Cak Priyo akan ada di posting selanjutnya. Cak Priyo membahas masalah Dolly loh :D

Baca selanjutnya -> Seminar Pemuda Kreatif Indonesia Berkarya (Cak Priyo)

You May Also Like

2 komentar

  1. gak ngerti lek onok cak priyo -_-, ngertio ngono wingi gak cangkruk neng TC sedinoan -_-

    ReplyDelete
    Replies
    1. waaah sayang sekale mas :D Cak Priyo gantine Bu Risma wingi. seru bahas dolly mas :p

      Delete