[Resensi] Trilogi Wake oleh Lisa McMann

by - August 06, 2017

Apa jadinya kalau kamu bisa masuk ke mimpi seseorang? Mungkin hal itu adalah berkah sekaligus kutukan. Dan bagi Janie Hannagan, hal ini lebih menjadi kutukan di dalam hidupnya. 

Akhirnyaaa setelah setahun kemarin banyak bolongnya buat baca buku, tahun ini berhasil menyelesaikan satu trilogy. Yah meskipun bukunya hanya setebal sekitar 200 halaman aja, tapi ini adalah kemajuan. Hehe. 
Jadi ceritanya, saya habis menyelesaikan Trilogi Wake, dimana masing-masing bukunya berjudul Wake, Fade, Gone. Saya membeli boxset buku ini dengan harga yang sangat murah karena memang lagi diobral (maafkan saya penulis. Saya sukanya buku obralan. Hiks). 


Trilogi Wake oleh Lisa McMann


Wake (Terbangun)

Di buku pertama ini akan berisi sedikit flashback saat Janie masih SD dan awal mula kemampuannya untuk dapat masuk tersedot ke mimpi seseorang. Sebagian besar menceritakan kehidupan masa-masa SMA-nya dan awal mula pertemuannya dengan Cabel, cowok yang terkesan berandalan-tak-punya-masa-depan dan rahasia besar Cable (which is menurut saya ini sedikit kaya sinetron. Heuheu). Dan (maaf ini bisa dikatakan spoiler atau nggak) Janie dan Cabel pada akhirnya akan bekerja sama membasmi penjahat. But I think the point of the first book is,  perasaan Janie akan kemampuannya yang ternyata bisa digunakan untuk membantu orang lain. Tapi di sisi lain, ada harga yang harus Janie bayarkan. Oh ya dan satu lagi, kamu akan dikenalkan oleh ibu Janie yang super menyebalkan.

Fade (Pudar)

Di buku kedua ini, kita akan diajak penulis ini mengenal lebih banyak tentang kemampuan Janie yang bisa tersedot ke mimpi orang lain. Dibantu oleh catatan seorang wanita tua bernama Martha Stubin, Janie akhirnya tahu sampai batas mana kemampuannya menyelami mimpi seseorang, sampai konsekuensi besar yang harus dihadapinya jika terus menggunakan kekuatannya. Selain itu, di buku kedua ini, Janie kembali menghadapi kasus lain yang lebih menakutkan dan mengancam keamanannya. Dan lagi, Janie dan Cabel harus menghadapi perselisihan diantara mereka akibat (lagi-lagi) kekuatan Janie.

Gone

Kasus kedua sudah berhasil ditangani. Saat Janie memutuskan ingin beristirahat sejenak untuk memikirkan masa depan dirinya dan pilihan apa yang harus ia putuskan akibat dari kekuatannya, masalah lain kembali datang. Orang yang nggak pernah hadir dalam hidupnya tiba-tiba muncul, Di buku terakhir ini alur cerita akan lebih berfokus pada pemikiran dan pertimbangan Janie untuk mengambil keputusan demi keberlangsungan hidupnya.

Secara garis besar, saya merasa biasa saja dengan trilogi ini. Not bad but also not really good. Gimana ya? Biasa aja deh pokoknya. Haha. But, I do like the writer’s idea about get sucked into other people's dream.  Ada beberapa poin yang jadi pendapat saya mengenai buku ini:

Bahasa

Karena ini adalah buku terjemahan, jadi saya akan berkomentar sesuai dengan hasil terjemahannya ya. Untuk diksi yang digunakan biasa aja. Nggak ada kata-kata yang saya nggak tahu dan fix nggak nambah perbendaharaan kata sama sekali. Hehe. Gampang banget buat dipahami dan yah begitulah. 

Penggambaran karakter kurang kuat

Nah ini nih. Menurut saya, penulis kurang kuat dalam menggambarkan karakter. Menurut saya, Janie malah terkesan hanya cewek biasa yang kebetulan punya kekuatan. Bukan cewek special yang punya kemampuan special. Penggambaran karakternya lemah banget. Meski udah baca 3 buku, saya masih nggak bisa mendeskripsikan seperti apa Janie. Bagaimana sikapnya, bagaimana cara berpikirnya dan kebiasannya. Contohnya aja, bahwa fakta Janie dan Cabel memakai kacamata, tapi saya sering lupa kalau mereka berkacamata. Kenapa? Karena menurut saya, penulis nggak menekankan karakteristik mereka. Pokoknya karakter di buku ini semacam ngglambyar dan nggak matang.

Tidak ada plot twist

Well, seperti yang udah saya bilang sebelumnya kalau ide penulis tentang masuk ke mimpi orang lain itu bagus, tapi untuk alur cerita, hmmmm gimana ya. Tidak ada sesuatu yang begitu bikin shock dan bikin kita nggak nyangka. Ceritanya lempeng aja dari awal sampai akhir (buku 1 – buku 3). Tidak ada plot twist yang bikin pembaca bilang “kok bisa sih?”. Ada sih sedikit kejutan-kejutan kecil di sepanjang cerita, tentang beberapa rahasia yang terkuak pelan-pelan. Tapi itu memang bagian dari cerita dan memang seharusnya diungkapkan.

Box Set Trilogi Wake oleh Lisa McMann

Kesimpulan

Waah kalau disimpulkan pendapat saya akan trilogi ini memang kurang bagus yaa. Hehe. Terus kenapa saya bisa melahap habis trilogi ini kalau memang ceritanya nggak bagus-bagus banget? Karena saya udah lama nggak baca banyak banyak, buku ini cukup tipis karena hanya sekitar 200 halaman satu bukunya dan terakhir because, I’m just curious with the Janie’s decision in the end. Lalu gimana endingnya? Kalau penasaran baca aja yaaa. Maaf sekali di review ini saya malah nggak bikin kamu tertarik buat baca, haha. Tapi kalau kamu penasaran dengan kekuatan Janie yang bisa masuk ke mimpi orang lain, boleh banget deh baca. 

Apa yang bisa kita pelajari dari Trilogi Wake?

Nggak semua kekuatan dan keajaiban yang kamu miliki adalah berkah. Terkadang, kekuatan tersebut dapat  menjadi keuntungan dan kerugian di waktu yang sama. Bersikap bijaklah :)

You May Also Like

0 komentar