[Resensi] Tuhan Sang Penggoda

by - July 04, 2014

Jadi ceritanya, saya sedang baca sebuah buku berjudul 'Tuhan Sang Penggoda' karya M. Arif Budiman. Buku ini hasil pinjeman dari temen saya Mas Pandu. Kalau enggak salah, bukunya didapat mas Pandu dari penulisnya sendiri deh. Bener nggak ya? Nanti saya konfirmasi :D. Saya tertarik baca buku ini karena model penulisannya yang seperti buku harian. Di buku ini, si penulis memberi judul di setiap curhatannya ini, sehingga berkesan tidak melulu tulisan. Mungkin karena ada jarak di tiap judulnya yaa. Sehingga terlihat banyak sekali space kosong.

Penampakan buku 'Tuhan Sang Penggoda'
Perkiraan awal saya mengenai buku ini salah besar. Saya kira buku ini hanya berisi curhatan-curhatan labil si penulis dan hanya hiburan semata :P (sebelum saya baca kategori buku di barcode bertuliskan : Islam Populer). Tetapi ternyata buku ini cukup berat. Buku ini cukup dapat digunakan sebagai salah satu referensi pelajaran hidup karena si penulis sendiri menulisnya berdasarkan pengalaman hidup dan apa saja yang telah dilakoninya dan bagaimana hasil dan dampaknya terhadap dirinya sendiri. Kategori curhatan si penulis sangat luas, sepanjang yang saya baca (karena belum selesai bacanya) si penulis mencoba menceritakan kehidupannya sehari-hari yang tak lepas dari fenomena masyarakat yang ada di kehidupannya, seperti saat si penulis masih berada di bangku kuliah hingga dirinya telah berumur 30an tahun dan sedang menjalankan bisnis periklanannya atau bahkan saat terjadinya tragedi '98 yang menimpa Indonesia.

Dari sepanjang yang saya baca (sekali lagi, baca bukunya belum selesai), ada satu tulisan favorit saya yang diberi judul sama seperti judul buku ini 'Tuhan Sang Penggoda' yang dituliskan pada hari Selasa, 26 Februari 2008. Begini bunyinya:

Ada hari-hari di mana tak semua harapanmu terpenuhi. Ada hari-hari di mana kebahagiaan seolah hanya ditakdirkan untuk orang lain, bukan untukmu. Ada hari-hari di mana keburukan seperti mengumpul dan menjadi palu godam yang menghantam nasibmu. Ada hari-hari di mana saat begitu dibutuhkan, teman-teman terdekat menjadi yang paling jauh. Ada hari-hari di mana engkau merasa telah melakukan segalanya sebaik-baiknya, mengikuti dengan hati-hati semua jalan Tuhan, tapi yang engkau terima adalah duka cita. 
Ya, secara manusiawi kita wajar berteriak histeris, memaki-maki, dan mempertanyakan di mana keadilan Tuhan. Ya, sebagian besar orang yang pernah hidup di bumi ini akan melakukan hal yang sama : untuk semua hal buruk yang terjadi maka jawaban yang paling masuk akal adalah menyalahkan apa saja, siapa saja.  
Tapi jika engkau memilih menerima dengan besar hati dan bersyukur atas semua 'keburukan' yang terjadi: akan kau temukan di akhir hari bahwa sebenarnya Tuhan hanya menggoda. 
Tuhan tak sungguh-sungguh berniat melukaimu. Tuhan tak serius menenggelamkan nasibmu dalam duka cita. Toh, dari semua prasangka buruk kita kepada Tuhan: Dia masih bermurah hati memberi kita hari-hari untuk kita jalani kan? 
Selamat menjalani hari-hari burukmu dengan rasa syukur yang melapangkan dada: nikmatilah hidangan pembuka atas segera hadirnya Tuhan yang tak terkira..

Baiklah, akan saya lanjutkan membaca buku ini sampai habis. Terimakasih :)

You May Also Like

6 komentar

  1. aku tuku langsung neng wonge. duduk dikei wek. hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. wooo :v yawes terimakasih sudah konfirmasi. tapi bener kan teko wonge langsung. onok tanda tangane :D

      Delete
    2. Onok eneh bukune siji maneh sing apik, spiritual creativepreneur. Aku lali biyen disilih sopo -_-

      Delete
    3. yalah mas -_- malah lali. kene buku"mu kekno aku kabeh ae :3 tak simpene

      Delete
  2. Suka banget tulisannya Wewek yang judulnya Tuhan Sang Penggoda :')

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya ucik. emang nendang banget yaa :') hihi

      Delete