• Home
  • Hobby and Craft
    • Book
    • Paper Quilling
  • Lifestyle
    • Beauty
    • Review
  • Travel
  • Contact Me
  • Home
  • Contact Me
  • Lifestyle ►
    • Beauty
    • Style
    • Diary
  • Hobby and Craft ►
    • DIY
    • Lettering and Painting ►
      • Portfolio
      • Art Supplies
  • Travel ►
    • Cafe Review
    • Place to Go
Powered by Blogger.

wekaagnes

Yuhuu, saya balik lagi. Sebenernya hari ini saya nggak ada niatan buat posting di blog. Tapi entah tadi saya baca dimana, saya lupa, kalo ternyata hari ini tanggal 27 Oktober diperingati sebagai Hari Blogger Nasional.  

Setelah saya googling, searching, surfing di dunia maya, ternyata Hari Blogger Nasional ini ditetapkan pada tahun 2007 silam. Penetapan Hari Blogger ini dicanangkan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika yang menjabat saat itu, Mohammad Nuh yang hadir di Pesta Blogger. 
Pesta Blogger saat itu adalah sebuah ajang kopi darat bagi sesama blogger nasionak untuk yang pertama kalinya. Waaah keren yak. 

Okay karena hari ini adalah Hari Blogger Nasional dan saya akan merayakannya dengan menulis sesuatu, kali ini saya akan membagi sebuah video yang mengharukan (lagi). Tenang, ini bukan video yang bikin sedih kayak video klip The Script yang saya share di postingan sebelumnya, tapi video ini bakalan bikin kamu nagis terharu bahagia :') Video ini saya temuin di timeline facebook saya, Temen saya si Ucik yang share. Hihii. 

Oh ya, sebelum memutar video ini, pastikan kamu pasang telinga baik-baik karena narasinya dalam bahasa Inggris dan nggak tersedia subtitle. Ada sih tapi bukan subtitle bahasa Inggris. Tenang aja, di video ini kamu juga akan dihibur oleh lagu-lagu manis. Selamat menonton dan mendengarkan :) Siap Siap terharu yaaa.


" It's not about singing the right song, but singing to the right person"

Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Diceritakan di suatu pagi, seorang lelaki sedang berpakaian. Sepertinya ia akan pergi bekerja. Mengenakan kemeja lengkap dengan dasi, celana kain dan sepasang sepatu fantofel, terlihat rapi sekali. Sebelum berangkat, ia membangunkan anaknya untuk berpamitan. Tak lupa ia mencium kening anaknya itu. Sambil membawa sebuah tas jinjing dan melengkapi pakaian rapinya dengan jas dan dengan diantar oleh sebuah mobil pick-up, ia pun pergi menuju tempatnya bekerja. 

Bukannya bermain dengan teman-temannya, si anak ayah hanya duduk-duduk. Dengan murah hati, ia juga membagi sedikit makanannya dengan teman-temannya itu. Entah apa yang sedang ada dalam pikirannya. Mungkin ia hanya ingin duduk saja seharian sambil menunggu ayahnya kembali dari bekerja. Sesekali ia bermain ayunan, sendirian.

Sampai di tempatnya bekerja, si ayah segera menggelar sebuah kain. Diletakkannya tas yang sedari rumah ia jinjing. Ia mulai berganti pakaian. Dasi dan kemeja rapi yang ia gunakan, ia tukar menjadi sebuah kaos berwarna gelap berlengan panjang yang lusuh. Celana kain yang ia kenakan juga ia ganti dengan celana kargo yang tak kalah lusuh dengan kaosnya. Sepatu pantofel hitamnya digantikan oleh sepatu boots anti air. Ia pun menjelma menjadi, hmm entahlah, bukan pekerja kantoran seperti saat ia berangkat tadi. 

Terlihat sebuah topi rajut berwarna abu-abu, ah itu topi putih, sepertinya memang sudah sangat kotor hingga warnanya berubah abu-abu. Topi itu dikenakan oleh si ayah. Di bawah terik matahari ia pun berdiri di sebuah lapangan luas dikelilingi bukit-bukit tumpukan sampah. Tanah yang dipijaknya tak lain adalah tumpukan sampah yang sudah memadat. Sambil memanggul sebuah karung besar, ia pun dengan teliti memilah sampah-sampah yang bisa ia ambil. 

Di sela-sela pekerjaanya itu, ia menemukan sebuah mainan. Entahlah semacam replika sebuah hewan berkaki empat berwarna coklat. Mungkin sapi. Lucu sekali. Sambil tersenyum ia meneliti barang mungil itu. 

Senja pun tiba. Si anak segera menuju ke tempat ia akan melihat ayahnya pulang dari bekerja. Tak salah, dari ujung jembatan tempatnya berdiri, ia dapat melihat ayahnya berjalan dari ujung jembatan lainnya. Sama seperti saat terakhir kali ia melihat ayahnya berangkat bekerja tadi pagi. Lengkap dengan kemeja, dasi, jas, celana kain, sepatu pantofel hitam dan sebuah tas yang selalu ayahnya jinjing. Mereka pun segera berlari agar dapat saling menyambut. Senyum mengembang di wajah mereka berdua.
Berjalan pulang, si ayah menggendong anaknya. Si anak bahagia mendapat mainan sapi-sapian lucu berwarna coklat, Senyum tak henti-hentinya mengembang di wajah mereka berdua.

When you've been fighting for it all your life
You've been struggling to make things right
That's how a superhero learns to fly

Well, cerita yang barusan saudara-saudara baca itu adalah cerita dari video klip sebuah grup band kondang yang saya suka. Grup band yang lahir di Irlandia ini emang nggak pernah gagal manjain telinga saya. Mulai dari lagu The Man Who Can't Be Moved-nya, Breakeven sampe lagu yang video klipnya bikin mata sembab gini. 

Judul lagu dari video klip yang mengharukan ini adalah 'Superheroes' . Kalo kamu suka sama lagu-lagu macam Counting Star-nya One Republic, saya jamin kamu juga bakalan suka banget sama lagu yang ini. Berterimakasih kepada timeline Path saya yang udah menuntun saya menemukan lagu keren ini. Saya kira temanya bakalan cinta-cintaan seperti lagu The Script sebelumnya. Eh tapi ternyata temanya keren begini. Liriknya juga menginspirasi dan membuat orang sadar, bahwa semua yang kita pengenin memang harus diperjuangkan. Dan perjuangan itu memang nggak mudah. Tapi suatu saat, rasa sakit dari perjuanganmu akan berubah menjadi sesuatu yang menguatkanmu esok hari.

Every day, every hour
Turn the pain into power

Oke sudah cukup saya berbasa-basinya. Pasti udah penasaran kan kayak apa lagunya, dan kayak gimana sih video yang saya nobatkan mengharukan ini. Check it out.


Share
Tweet
Pin
Share
3 komentar
Setelah berpetualang dengan Thomas dan kawan kawan di trlogi Maze Runner, pilihan saya selanjutnya jatuh kepada novel chicklit yang berjudul Reality TV Bites. Yah genre yang sangat berbeda jauh sebenarnya. Tapi saya memang butuh sedikit pengenduran syaraf setelah membaca trilogi Maze Runner. Hehehe..


Judul Buku : Reality TV Bites - Reality Show Gila
Penulis : Shane Bolks
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Halaman : 416 halaman

Allison Holloway sangat menyukai acara reality show, Dari kecil, impiannya adalah menjadi seorang putri. Hingga akhirnya kedua hal tersebut terwujud. Dia menjadi salah satu peserta dari sebuah acara reality show Kamikaze Makeover, dan bertemu dengan seorang pangeran bernama Nicolo Parma. 
Awalnya semua berjalan sempurna, hingga ia mulai menjadi bintang reality show. Ternyata acara reality show yang sangat digemarinya sangat menyebalkan. Semua detil kehidupannya harus diliput, bahkan kisah asmaranya dengan Nicolo Parma si Pangeran Menyebalkan dan produser Kamikaze Makeover yang tidak berjalan mulus juga menjadi bahan liputan. Kemunculan Dave dengan pacar barunya juga turut merusak hidupnya.

Masalah bertubi-tubi datang menghampiri Allison, hingga sampailah di titik dimana kehidupannya jungkir balik. Allison harus kehilangan pekerjaannya sebagai interior designer di Interior by M dan dipermalukan di TV. Butuh beberapa saat bagi Allison untuk menyadari semuanya dan mulai menghadapi kenyataan sesungguhnya. Dave datang lagi di kehidupannya dan membantu Allison memperbaiki diri.
"Aku memberitahu Sheila bahwa menjadi kaya atau terkenal tidak akan membuatmu bahagia kalau kau tidak bahagia dengan dirimu di sini terlebih dahulu." - Jeb, Reality TV Bites
Buku ini diceritakan dari sudut pandang pertama. Buku ini memiliki alur maju. Pembaca diajak untuk menjadi seorang Allison Holloway, seorang interior designer yang memiliki gaya hidup high class dan masa lalu yang sedikit kelam. Pembaca juga dapat menyelami pikiran Allison dan cara berpikir seorang Allison. Saya cukup puas dengan jalan cerita buku ini. Terdapat kejutan-kejutan kecil dengan jalan cerita yang sedikit sulit ditebak (seperti perasaan Dave terhadap Allison). Selain itu ada juga pelajaran-pelajaran kecil yang dapat diambil dari kehidupan Allison (silakan baca quotes diatas :) )
Saya sarankan buku ini hanya boleh dibaca bagi yang berumur 17+. Terdapat beberapa adegan cerita yang sedikit liar. Sukses bikin merinding loh :p

The end of this book is a typical romance story, happily ever after, yah meskipun bukan dengan seseorang yang disangka di awal cerita. Kekurangan dari buku ini yang sangat mengganggu saya adalah, saat membaca saya selalu bingung siapa yang sedang berbicara. apakah si Allsion, atau lawan bicaranya, ataukah orang lain lagi? Karena sebelumnya saya belum pernah mengalami hal ini saat membaca buku. Hahaa. Entahlah mungkin itu hanya dari perspektif saya saja. Bagaimana dengan pembaca lain? Silakan beri komentar :)

Rating :  ★★★★★



Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Kali ini saya akan berbagi pengalaman bagaimana susah dan serunya jalan-jalan ke Coban Rais. Sebenarnya tulisan kali ini saya buat untuk mengikuti lomba menulis jalan-jalan yang diadakan oleh TelusuRI. Yah tapi karena saya kurang beruntung, yah di post disini aja deh.

Jalan-jalan ke daerah pegunungan memang tidak lepas dengan adanya wisata air terjun. Jalan-jalan kami kali ini adalah mengunjungi wisata air terjun Coban Rais. Air terjun ini berlokasi di Desa Oro-oro Ombo, Kota Batu, Jawa Timur.

Berbeda dengan wisata air terjun lain yang pernah kami kunjungi, perjalanan panjang dan melelahkan selama 1,5 jam harus kami tempuh untuk mencapai air terjun ini. Dimulai dari pintu gerbang wisata air terjun (terletak persis di sebelah kantor Batu TV), kami berenambelas memulai perjalanan menuju air terjun dengan berbekal nasi bungkus dan bebapa botol air mineral untuk dinikmati selama perjalanan dan saat berada di air terjun.






Mulanya, perjalanan terasa sangat mudah. Jalan masih lebar dan tidak terlalu menanjak masih memanjakan kaki kami. Kami berjalan dengan mengikuti aliran sungai kecil yang memang sengaja di buat. Terlihat juga pipa air yang kadang-kadang menyembul keluar dari dalam tanah. Di kanan kiri kami, banyak terdapat juga tanaman-tanaman hijau yang rimbun dan menyegarkan mata. Ada juga bunga berwarna warni yang menghiasi dan suara gemericik air yang setia menemani pernjalanan. Dari jauh terlihat pegunungan yang menghiasi pemandangan. Semangat kami makin berkobar untuk menuju ke air terjun.





Semakin jauh kami berjalan, kenyamanan serasa direnggut dari kami. Jalanan sempit, dan keadaan jalan yang tiba-tiba menanjak mempersulit kami. Ranting-ranting tanaman di kanan kiri jalan setapak turut andil dalam mempersulit perjalanan. Udara panas dan gerakan kaki kami membuat debu beterbangan dan membuat hidung kami kering. Untunglah kami membawa air minum untuk melepas dahaga dan lelah.


Perjalanan yang melelahkan

Di tengah perjalanan, kami cukup bingung dan hampir putus asa untuk melanjutkan perjalanan. Banyak jalan setapak yang longsor dan menyulitkan kami untuk melewatinya. Hingga akhirnya kami bertemu dengan jalan setapak yang hampir vertikal. Ya vertikal ! Tidak menyerah, kami tetap berusaha melewati jalan setapak tersebut. Dengan saling membantu dan menarik teman-teman kami untuk naik ke atas, akhirnya kami dapat melanjutkan perjalanan lagi.
Perjalanan selanjutnya sedikit lebih mudah. Jalan setapak yang sempit, menanjak dan rimbunnya tanaman di kanan kiri tetap menemani, namun setelah melewati jalan vertikal tadi semuanya terasa lebih mudah sekarang.

Dari jauh terdengar salah satu teman kami berteriak ‘Reek wes sampe !’. Semangat kami berkobar dan makin cepat kami berjalan untuk menuju ke tujuan kami, air terjun Coban Rais. Rasa lelah kami terbayarkan saat melihat keindahan dan kesejukan yang diberikan air terjun ini. Hanya ada kami disana, serasa seperti private waterfall. Hal pertama yang kami lakukan saat sampai adalah berisitirahat dan berfoto bersama. Setelah itu kami lanjutkan dengan memakan bekal nasi bungkus yang sengaja kami bawa. Tidak takut saat persedian air kami habis, kami mencicipi air terjun yang segar untuk melepas dahaga. Beberapa dari kami juga nekat untuk menantang dinginnya air terjun dengan ber-shower ria dibawah air terjun. ‘Ice Bucket Challenge’ katanya. Heheee. 

Foto bareng :D





​
Puas menikmati keindahan kami pun kembali pulang. Saat pulang, perjalanan terasa lebih mudah, dan kami menyadari bahwa kami salah mengambil jalan saat berangkat tadi, sehingga harus bertemu dengan jalan vertikal. Jika jalan yang benar, kami tidak perlu melewati jalan tersebut. Oh ya, sedikit tips dari kami, jangan menggunakan sandal jepit karena menyulitkan berjalan saat jalanan menanjak dan menurun.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

About Me

My photo
Weka Agnes
movie, book, craft, staycation and travel
View my complete profile

recent posts

Blog Archive

  • ►  2020 (1)
    • ►  August (1)
  • ►  2019 (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2018 (4)
    • ►  October (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
  • ►  2017 (2)
    • ►  August (1)
    • ►  May (1)
  • ►  2016 (6)
    • ►  October (1)
    • ►  June (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (3)
  • ►  2015 (22)
    • ►  November (1)
    • ►  October (2)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (2)
    • ►  March (6)
    • ►  February (2)
    • ►  January (5)
  • ▼  2014 (43)
    • ►  December (2)
    • ►  November (2)
    • ▼  October (4)
      • Selamat Hari Blogger Nasional & Cerita Cinta Mengh...
      • Superheroes by The Script - Perjuangan Seorang Ayah
      • [Resensi] Reality Show Gila - Reality TV Bites
      • Berpetualang ke Coban Rais
    • ►  September (3)
    • ►  August (14)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (6)
  • ►  2013 (24)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (2)
    • ►  April (4)

Labels

  • 30 Day Blogging Challenge
  • blog competition
  • book
  • fanfic
  • game
  • holiday
  • info
  • mind
  • movie
  • nyunyu
  • opinion
  • playlist
  • quotes
  • random
  • review
  • skincare & makeup
  • song
  • story
  • tech
  • testimoni

Created with by ThemeXpose